Minta Polisi Tangkap Penembak Mati Adiknya, Ini Cerita Pilu Kakak Kandung Marsal Harahap

BERITAKARYA.COM, MEDAN – Kakak kandung Mara Salem Harahap alias Marsal Harahap (42), Farida Isnara Harahap, meminta Polda Sumut untuk segera mengungkap kasus penembakan mati adik kandungnya dan menangkap pelakunya.

Permintaan tersebut disampaikannya melalui wartawan di RS Bhayangkara Medan. Isnara dan keluarganya hadir di RS Bhayangkara dalam rangka autopsi jenazah Marsal oleh polisi pasca ditemukan tewas dini hari tadi. Diketahui, almarhum menghembuskan napas terakhir setelah peluru menembus paha kiri bagian dalam.

“Kalau masalah dia tak pernah cerita, tapi dia selalu meng-upload apa pun terkait kegiatan dan berita-berita ke Facebook. Kalau dulu pernah beberapa tahun yang lewat rumahnya dirusak orang. juga gara-gara pemberitaan,” ujar Isnara, Sabtu (19/6/21).

Diketahui, almarhum ditembak mati oleh orang tak dikenal (OTK) saat hendak pulang ke rumah. Lokasi penembakan hanya berjarak sekira 300 meter dari rumahnya di Karang Anyar, Simalungun. Selama menjadi wartawan sekaligus Pimred lassernewstoday.com, almarhum sangat keras memberitakan judi dan narkoba.

Kembali ke Isnara, ia mengaku tak mendapat firasat apapun sebelum kematian adiknya. Ia mengatakan, terakhir kali bertemu almarhum tiga hari yang lalu, Rabu (16/6/21). Saat itu, ia dan almarhum pergi bersama, melayat ke rumah neneknya yang meninggal dunia. “Terakhir (ketemu) 3 hari yang lewat tanggal 16, sama-sama melayat ke rumah nenek kami yang meninggal di Siantar,” ungkapnya.

Isnara menduga, adiknya ditembak mati terkait berita-berita tentang peredaran narkoba yangh marak di Siantar dan Simalungun.” Itulah masalah narkoba. Dia ini orangnya vokal. Kalau berita memang akurat pasti diberitakanya, pernah dia dikeroyok sejumlah orang beberapa tahun yang lalu. Ya sekitar 3 tahun yang lalu,” tambahnya.

Kepada wartawan, Isnara mengatakan, almarhum meninggalkan seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil. “Yang paling besar duduk di kelas 1 SMP dan yang kedua masih kelas 3 SD,”ucap Isnara sambil menangis pilu.

Kesehariannya, lanjut wanita itu, almarhum sering berbagi. Dia kerap kali menyantuni anak yatim dan warga kurang mampu setiap hari Jumat. “Sekarang malah anaknya yang menjadi yatim. Kami semuanya 6 bersaudara. Almarhum anak ke 4. Dia orangnya peduli dengan keluarga. Semua keperluan mamak, dia yang menanggung setiap bulan. Semuanya lah termasuk kalau mamak itu sakit, dia yang nanggung karena dia yang punya penghasilan agak lumayan. Kemarin gak sempat bicara, waktu melayat ke tempat nenek langsung pulang dia jadi gak ada komunikasi,” sebutnya.

Sebelum mengakhiri wawancara, Isnara kembali meminta Polda Sumut untuk segera menangkap pelakunya. “Saya meminta pada bapak Kapolda, supaya pelakunya cepat ditangkap. Kami sangat berharap. Dia (almarhum) itu mungkin sudah janji dia sama Allah, sampai di sini ataupun meninggalnya itu secara tragis. Bayangkan saja peluru Kuningan masuk ke paha korban yang mengakibatkan tulangnya patah,” isaknya.

“Kalau dibilang tidak ikhlas kita berdosa, karena kita harus ikhlas walaupun sebenarnya tidak ikhlas. Karena tidak ada yang mau seperti ini iya kan. Seperti yang saya bilang, mungkin sampai di sini umur dia. Tetapi proses (hukum) tetap harus berjalan,” pintanya. (*/mtc)

Tinggalkan Balasan