Mengenang H Anif (Bagian-2): Sahabat Harta Paling Berharga

Bagi H Anif, sahabat merupakan harta paling berharga. Itu merupakan pesan dari ayahnya, Tuan Kabul, sejak ia masih kecil. “Dadak (ayah, Red) selalu berpesan, kalau kita punya sahabat dan dia berada pada posisi yang benar, maka kita harus membelanya, walaupun untuk itu kita harus kehilangan nyawa,” ujar H Anif dalam Hidup Ikhlas Tanpa Tipu Muslihat karya wartawan senior Toga Nainggolan terbitan Trim Komunikata Publishing House, Bandung, 2014, seperti dikutip, Kamis (2/9/21).

Pesan sang ayah ini sangat membekas dalam diri H Anif sejak kecil. “Kita boleh kehilangan semua harta, tetapi jangan sampai kita kehilangan sahabat sejati, apalagi kalau itu karena kesalahan kita sendiri”.

H Anif menyadari benar bahwa persahabatan memegang peranan sangat besar mengantarkannya meraih kesuksesan. “Saya bisa keluar dari kesulitan di awal-awal berkeluarga, itu berkat sahabat yang menunjukkan jalan. Saya mulai bisa mendapat uang dalam jumlah yang besar juga melalui persahabatan. Begitu seterusnya. Sahabat selalu hadir dalam derap kehidupan saya.”

Dia tidak menampik, di antara sahabat-sahabat itu, kadang terselip satu-dua orang pengkhianat. Tapi hal itu tak lantas membuatnya harus kehilangan kepercayaan kepada semua orang. “Pengkhianat tak akan bisa kemana-mana. Dunianya akan menyempit, dan akhirnya menghimpit dia,” ujarnya.

Karenanya H Anif berusaha keras agar jangan sampai membohongi apalagi mengkhianati sahabatnya. “Kalau saya berbohong, terus terang, perasaan saya tak akan pernah tenang. Saya bisa tersiksa karena itu. Saya juga heran mengapa ada orang yang terlihat bisa nyaman-nyaman saja dengan kebohongannya,” tambahnya.

Nasihat tentang sahabat itulah yang disampaikan ke anak-anaknya, termasuk H Musa Rajekshah yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumut (Wagubsu) dan Ketua DPD Partai Golkar Sumut.

“Jeck (Ijeck-panggilan Musa Rajekshah, Red), kau boleh berkawan dengan siapa pun, dan harus punya banyak kawan. Tapi kau juga harus tahu membatasi kawan-kawanmu. Ada kawan yang hanya sebatas tegur angkat tangan, ada kawan yang hanya sebatas pagar rumah saja, ada yang bisa sampai teras rumah, dan ada juga kawan yang bisa kau ajak masuk ke rumah. Gak semua kawan bisa kau samakan. Dadak pun bukan merasa yang terbaik, tapi Dadak tetap berusaha berbuat baik. Dadak bukan penyabar, tapi Dadak berusaha tetap sabar menghadapi segala cobaan,” nasihatnya.

Ada nasihat lain yang sangat membekas di hati Musa Rajekshah. Nasihat itu disampaikan sang Dadak saat Musa Rajekshah mulai dipercaya untuk ikut dalam perusahaan. “Jeck, kalau kau makan makanan yang enak, janganlah orang-orang disekitarmu hanya dapat mencium bau makanan itu. Kau bagikanlah makanan itu sedikit-sedikit biar mereka juga merasakan. Jangan kau saja yang kenyang, tapi orang-orang sekitarmu lapar. Nanti kau pun dirampok orang-orang itu, kalau mereka melihat hanya kau yang kenyang”.

“Di mana pun kau punya usaha, perhatikan masyarakat sekitar tempat kau usaha. Di mana pun kau berada, harus tetap bermanfaat untuk orang lain,” tuturnya. (*/Bersambung)

Tinggalkan Balasan