Sosok H Anif Dibongkar Ustad Bachtiar Nasir dalam Video 11 Menit 57 Detik…
BERITAKARYA.COM, MEDAN – Sosok almarhum H Anif dibongkar tuntas oleh Ustad Bachtiar Nasir. Terutama sosoknya sebagai ayah terhadap anak-anaknya. Prinsip-prinsip dalam mendidik anak hingga menjadi orang sukses perlu diikuti oleh orang tua lainnya, minimal menjadi bahan renungan.

Bagaimana H Anif mendidik anak-anaknya diungkap Ustad Bachtiar Nasir dalam video di akun youtube-nya. Video berdurasi 11 menit 57 detik tersebut diunggah ulang oleh putera H Anif yang juga Ketua DPD Partai Golkar Sumut H Musa Rajekshah SSos MHum dalam akun media sosialnya seperti dilihat, Senin (6/9/21).
“Video ini waktu bersama sahabat saya Ustad Bachtiar Nasir, kami berjumpa tepatnya sekitar Bulan Juli tahun 2018. Sambil kami santai di kebun keluarga, ustad Bachtiar Nasir mewancarai saya mengenai orang tua saya, Bapak Haji Anif. Hari ini saya posting kembali setelah orang tua berpulang. Di saat seperti ini, barulah saya mengerti, semakin saya memaknai hal-hal apa saja yang sudah diajarkan Dadak (ayah) kepada saya. Terima kasih Dadak,” tulisnya.
Berikut video Ustad Bachtiar Nasir saat mewawancarai H Musa Rajekshah:
Ustad Bachtiar Nasir (BN): Pak Ijeck (sapaan Musa Rajekshah) ini termasuk orang yang sangat mengidolakan ayahnya. Dan kelihatannya sangat terbentuk karakternya, baik dari kepemimpinan maupun dari jiwa bisnisnya, dan yang utama jiwa relegiusitas dan sosialnya. Ayah, Dadak yang manggilnya, bagi Bang Ijeck itu apa sih ayah itu?
Musa Rajekshah (MR): Yang pasti dari saya kecil, saya sangat idola-lah, ayah (dadak), kalau dulu saya sekolah, ingat betul kalau dijemput Dadak katanya, wah, sebelum Dadak datang saya sudah bilang sama kawan saya semua, “Bentar lagi saya dijemput dadak saya”. Sangking bangganya kalau saya dekat dengan dadak saya. Terus seiring berjalannya waktu, saya memang tidak sekolah ke mana-mana, saya memang di Medan mulai TK hingga S2. Saudara-saudara saya sekolah sampai ke luar negeri, saya semakin dekat, banyak hal yang saya dengar, yang saya lihat, yang dilakukan oleh Dadak saya, saya banyak belajar dari situ. Dadak saya ini termasuk orang tua yang berani ngasih kepercayaan kepada anaknya. Saya ingat betul, saya disuruh pegang pabrik, padahal saya belum punya pengalaman. Saat saya berumur 28 tahun. Saya menilai di situ, ini kan aset bukan murah, tapi orang tua ngasih itu, artinya ngasih kepercayaan, dan saya selalu, apapun yang dikasih kepercayaan itu, saya berusaha jangan sampai mengecewakan orang yang ngasih kepercayaan. Saya ingin menunjukkan bahwa saya juga mampu. Saya memang bercita-cita saya lebih hebat dari Dadak saya.
BN: Ketika Dadak atau orang tua memberikan kepercayaan, pasti ada hal-hal bagi Dadak ini pantas untuk dipercaya. Misalnya, skill atau kemampuan untuk mengelola pabrik. Tapi yang ingin saya tanyakan, apa sih skil atau mental-mental yang telah ditanamkan Dadak?
MR: Yang pastinya itu saya kecil ikut Dadak, misalnya berburu, masuk ke hutan, apalagi saat berburu itu menghadapi jalan itu gak gampang. Mobil kita nyangkut. Pernah kita suatu hari mobil itu rusak di tengah hutan, kita akhirnya gak bisa kemana-mana, air habis, makanan habis, minum air sungai, tapi orang tua saya langsung ngasih tahu, kalau minum air sungai jangan air diam, cari air yang mengalir dan jernih. Artinya filosofi-filosofi itu saya ikuti sambil belajar. Dari situ kita belajar untuk menerima keadaan.
Saya masih ingat betul, kita pernah menghadapi masalah, saya minta orang tua, “Udahlah kita tinggalkan usaha ini, hasil usaha ini kita bagikan ke masyarakat, kita bikin kegiatan sosial, kok yang datang fitnah”. Lalu orang tua saya bilang, “ Kau masih muda jangan mudah putus asa. Ini gak ada apa-apanya seperti yang saya hadapi. Katanya, Rasulullah itu utusan Allah, menjalankan perintah Allah, dekingnya langsung Allah, Itu pun kena fitnah, dilempar orang, jalan aja, yang penting gak ada niat kau ngambil hak orang lain, atau niatmu untuk zalimi orang lain.
BN: Saya komentar, ini sekolah ayah yang didapat, saudara-saudaranya sekolah di luar, tapi ini sekolah di sini, tapi yang didapat kebersamaan, kontak batin, transformasi idealisme, pendidikan dan simulasi-simulasi lapangan.Ini yang jarang dimiliki seorang ayah. Bang Ijeck ini dapat sekolah yang namanya Sekolah Ayah. Apalagi selain berburu yang menarik?
MR: Yang pastinya yang saya ingat, yang saya lihat, Dadak saya itu gak pernah dia malu atau gak pernah rishi bawa anaknya. Saya ingat, saya belum dewasa kali pun saya dibawa-bawa jumpa orang, sambil kenali, “Ini anak saya”. Dari situ saya pelajari terus. Saya pernah buka video lama, ternyata saya pernah dibawa ayah bertemu Presiden Gusdur, waktu kunjungan ke Medan. Kadang orang tua lain malah ragu, takut anaknya salah berperilaku, tapi orang tua saya yakin, dan ngasih kepercayaan. Dah, karena dikasih kepercayaan, ke depan pun kita bertanggung jawab. Dan takut berbuat yang akhirnya menghilangkan kepercayaan orang.
BN: Rupanya Dadaknya Bang Ijeck ini tidak memikirkan dirinya sendiri, tidak memikirkan bisnisnya sendiri, tidak memikirkan karirnya sendiri, anaknya dilibatkan, diperjumpakan dengan orang-orang besar sejak ini. Ini yang membuat anak nanti bercita-cita ingin menjadi orang besar, pelajaran yang banyak dari Dadak Bang Ijeck.
MR: Satu lagi ustad, yang saya ingat juga pesan orang tua saya, kau dimana pun dikasih usaha, kau dimana pun berusaha, ibaratnya kau makan, jangan kau sendiri yang makan, orang lain hanya cium baunya, kau kasihkan makanan itu, walau pun orang itu gak kenyang, tapi orang itu ikut merasakan, jangan kenyang sendiri, tapi orang sekeliling kau lapar, supaya kau disayangi orang, di mana pun kau berada harus bermanfaat bagi orang lain.
BN: Penutup, pesan Bang Ijeck untuk semua ayah bagaimana ni?
Yang pasti saya selalu berpesan kepada kawan-kawan dan juga generasi muda, saya pun belum tahu apa saya sempurna sebagai ayah, tapi yang saya lihat, agar mau lebih perhatian ke anak-anak, kemudian apa kesalahan saya dulu, tidak akan saya tularkan kepada anak, mudah-mudahan bisa lebih baik lagi. Kemudian, yang penting adalah masalah waktu, karena waktu tak bisa kembali, apapun yang saya lakukan, termasuk saya sebagai orang tua, saya berharap tidak ada yang salah yang saya lakukan, dan akhirnya tidak mungkin saya ulangi kepada anak saya. Yang paling penting jangan buang-buang waktu, terutama bagi generasi muda ke depan, karena tanpa kebersamaan, tanpa niat dan tanpa usaha, sesuatu tidak akan berubah sesuai harapan kita. (*/ht)